Minggu, 26 Agustus 2012

Selamat menjalani perjalanan mati, sayang.
Ketika aku berada diantara airmata yang tak kau mengerti, akhirnya aku yang menyerah.
Ini soal lelah, sayang. Aku mengalah untuk kebahagian.
Kita sama-sama tinggalkan kisah payah.

Jangan tanyakan lagi dari sebuah penjelasan, yaitu pilihan yang tak dapat penentuan.
Antara materi dan momongan, keduanya tak kita punya.
Aku menyerah Tuhan, silahkan saja kau yang menang...

Selamat tidur kisah.
Palembang, 26 Agustus 2012

Selasa, 29 Mei 2012

Perjalanan Ke Dua Tahun Cinta Terpaut

Dari sebuah perjalanan hati,
Saling membenci kemudian mencintai,
Berharap dari kesucian pribadi,
Akhirnya tekad bulat membawa pada sebuah gerbang penitian janji,
Menikah, aku dan kau menjadi kita.

Aku sebut engkau pria pelipur lara,
Baik, tampan dan bijaksana menjadi satu paket yang kemudian tak terbantahkan terkirim lewat cinta,
Terima kasih, semoga kita tak akan lekang oleh usia,
Meski renta namun pundak tetap saling memapah.

Terima kasih Yaa Rabb,
Bahwa dua tahun ini semua kebahagian engkau limpahkan dalam kehidupan rumah tangga hamba dan suami,
Semoga hingga kelak,
Bersama membesarkan buah cinta, melihatnya mencengkram dunia dan akhirnya menikah.
Kemudian kami akan tua renta dan menutup mata tetap satu dalam keutuhan.


#LOVEBUATSUAMI

Rabu, 23 Mei 2012

Do'a Mohon Jodoh dan Keturunan yang Baik



Artinya: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan aku hidupku seorang diri, dan Engkaulah pewaris yang paling baik." (QS. Al-Anbiyai': 89).



Artinya: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi-Mu seorang anak yang baik. Sungguh Engkau Maha Pendengar doa." (QS. Ali 'Imron: 38).

Penjelasan:
Doa di atas baik sekali dibaca oleh orang-orang yang belum mempunyai keturunan dan pasangan hidup. Juga baik sekali dibaca oleh setiap muslim agar diberi keturunan yang shalih.
Kedua ayat diatas merupakan doanya Nabi Zakariya a.s. agar diberi keturunan sebagai pelenjut perjuangannya menegakkan agama Allah. Kisah Nabi Zakaria bisa dilihat dalam Al-Our'an Surah Al-Anbiya' ayat, 89-90; Ali-'Imron, 38-41.

Kamis, 17 Mei 2012

Alur Aliran Hati

Semua perhatian merupakan pelukan hangat dari kejauhan,
Ketika linangan airmata tak mampu jadi jawaban,
Ada liur-liur manis yang sedang mengaliri hati,
Pengganti asinnya airmata yang menandakan itu adalah kelemahan.

Bahagia yang telimpah pada pundak gagah itu,
Saat aku melemahkan diri.
Hangat terasa pada hati lembut itu,
Bila amarahku telah melewati meteran normal,
Antara badai dan sejuknya salju begitu tipis saat aku adalah raga yang rapuh.

Derai tawa yang menganti linangan bulir bening,
Acap kali mengaliri kedua kelopak sayuku mengartikan bahwa aku sangat membutuhkannya.
Aku begitu bahagia karna kini telah mampu mengartikan kehadirannya adalah isian pada sebuah bejana hati yang kosong.
Bila kemarin, kehadirannya adalah hampa bagi hari pun hatiku.

Tuhan,
Beruntungnya diriku,
Mengapainya ketika aku belum merasakan keterlambatan, kehilangan ataupun airmata merugi,
Meski lerai-lerai luka masih mengisi hati,
Ketika aku harus merelakan semua kebahagian pada sisi lain,
Namun aku telah tegak berdiri melangkah pada satu hati, dia.

Cendana yang Telah Mati

Kau yang datang dari masa mimpiku,
Adapun lalu ataupun dulu,
Dari kepura-puraan yang telah terpendam,
Meski tak remang-remang lagi kini,
Namun gemelayut kabut masih meniti dihati,

Penjelasan yang sulit aku cerna,
Pengartian pun tak mampu aku logikakan,
Adalah cendana pada pendar hati yang pudar,
Menyiasati kelaraan yang tak hendak beranjak,

Perlahan jalan ini tertapaki,
Berada diantara kematian mata dan kebisuan hati,
Terasa kuat sekali kau genggam sela jemari,
Hanya untuk mencari pasti,
Bahwa masih ada satu hari untuk bersama aku dan kau nikmati...


Palembang, 17 Mei 2012

Rabu, 16 Mei 2012

Perjalanan Menjelang Senja

Senja hampir tiba,
Meskipun hujan namun niat kuat akan membesuk telah terlaksana,
Hampir separuh jalan menuju RSMH saja air mataku bergulir,
Aku tengah mengenangmu ayah,

Setibanya diruang bedah, semua bayangmu semakin jelas,
Sangat teringatku, dari situ semua menjadi saksi kesetiaan cinta dan kasihmu pada ibu,
Kau selalu memberikan tenaga lebih, agar ibu mampu melewati kemo-nya dengan kuat,
Kita semua berharap ibu terus sehat,

Akh...
Aku kembali menangis,
Ternyata perjalananmu menemani ibu melewati dera sakitnya adalah bukti terakhir,
Ibu kuat tegar dan sehat, sakitnya pun usai,
Namun tak denganmu, belum genap satu tahun dari situ, serangan jantung menjumpaimu,
Kau yang pergi meninggalkan kami selama-lamanya.

Selasa, 15 Mei 2012

Buat Ayah


Ayah,
Dia yang sering mengantar jemput ketika sekolah dasarku,
Lalu sering kali membelai kepala setelah usai pulang mengajiku,
Dan menyuapiku ketika ibu sedang sibuk didapurnya.

Ayah,
Nama besar dibalik semua motivator yang aku kenal.
Beliau temanku berbagi segala ilmu pengetahuan,
Darinya lebih kunikmati duniaku yang pengap, karena syukur adalah ilmu dasar kepuasan jiwa.

Ayah,
Dengan gagahnya dia menjadi orang yang menikahkanku.
Demi Allah, hari itu adalah hari yang paling bahagia bagi seumur hidupku.

Ayah,
Hingga ia menutup mata, adalah ia orang yang tidak pernah menolak semua inginku, meski sulit perwujudan baginya.
Aku adalah manusia yang begitu menikmati semua kehilangan atasmu, Yah.
Rasa cintaku yang pernah terpatri hanya pada selembar baju kemeja, namun cintamu terpatri dihati satu tingkat dibawah ibu.
Ya Rabb, jangan siksa ayah dengan semua dosa-dosa kami, sesungguhnya ia adalah penata syaf kami yang paling mulia dan selalu memuliakanMu serta para nabiMu.
Ya Rabb, benarlah ia yang mengajarkan kami untuk selalu patuh pada ibu lalu dirinya..

Palembang, 05 November 2011

Perjalanan Kita

Dear Suamiku,
Pundakmu begitu gagah, kini.
Matamu begitu tajam, kini.
Jiwamu begitu kokoh, kini.
Dan hatimu begitu tegar, kini.

Namun, aku tak ingin kekinian itu berubah,
Mimpiku masih panjang bersamamu,
Aku ingin tua dan menghabiskan hayatku bersamamu,
Masih berharap mendidik anak-anak kita dalam ketawadu'an.
Dan terus berpetualang hingga pelosok yang belum terjamah...

Senin, 14 Mei 2012

Sebuah Pengharapan Besar

Yaa Rabb,
Hampir genap dua tahun usia pernikahan, cinta antara aku dan dia belum berwujud.
Waktu terus berkejar-kejaran dengan mimpi,
Pagi menggeser sang kelam, lalu beranjak menuju siang dan akhirnya kembali malam.
Tawa berseling air mata, hingga logika menyapa dan jatuh hanya pada do'a.

Yaa Rabb,
Dari semua cela, hanya itu yang mampu membuatku menderita.
Meski hanya dari kata tak hingga kehati,
Tapi setidaknya aku terluka, bahwa mimpi belum berganti nyata.

Yaa Rabb,
Inginku, semoga usia pacaran kami dipersingkat,
Berharap akan segera ada tanda-tanda garis dua,
Serta aku merasakan mual dipagi hari.
Amin...