perempuan tak berdaya terkepar di jalan yang entah tak ada satupun logika hanya berteman samar dan hampa.... kemana sang bintang,,,? pergi jauh dan semakin menjauh hilang dan semakin tenggelam langit,,, kau terlalu jauh ku jangkau hingga aku,,, sangat ingin jadi bintang dilangit
Minggu, 04 Oktober 2015
Bersisi Namun Merindu
Aku rindu pada orang yang berada disampingku,
Pundak yang tak terlalu gagah itu terlalu sibuk,
Aku berduka saat ini,
Karena lelah menghadapi mimpi tak bertepi,
Maya yang tak pernah nyata,
Hanya untuk mengatakan : "aku disini sendiri".
Hay belahan raga yang melanglang buana,
Kapan waktu kita untuk melenggang bersama,
Desah lara kian berganti air mata,
Sedih tanpa mampu berlaku berteriak,
Hanya untuk mengatakan : "aku disini sendiri".
Mau tahu rasa itu?
Bisu dan kaku,
Sendiri disiniku menahan rindu...
Senin, 05 Januari 2015
Surat Teruntuk Ayah
Yah, kembali ku menangis.
Aku bersedih yah. Aku fikir cukup saja kehilanganmu, namun ternyata keputusanku untuk dipilih menantu baikmu ini pun mampu membuatku berduka sepanjang hari.
Jika saja engkau masih dibumi ini, pasti engkau akan habis-habisam memaki ku. Sudah bisa dipastikan, sebab engkau melihat betapa heningnya laki-laki menantu terbaikmu itu. Bukan saja engkau yang telah tiada, ibu yang masih disisiku saja tetap menyalahkanku. Lalu ketiga kakakku, mereka pun memandang akulah sipendahulu, biang kemurkaan.
Yah, aku masih mencintainya. Namun, memasuki usia lima tahun pernikahan ini aku merasa lelah. Bersedih mengenang keburukan saudara tunggalnya yang tak memiliki sopan santun tegur sapa, namun tetap menjadi kecintaan orang tuannya. Aku sudah tak ikhlas lagi yah.
Yah, bolehkah aku berpisah.
Kembali kepelukan ibu saja. Dia sudah tua berangsur merenta. Tak ada yang menjaganya, biarlah aku saja yang menemaninya berkebun dan merawat hewan ternaknya. Dan aku yakinkan bahwa aku mampu sendirian, Yah...
Aku bersedih yah. Aku fikir cukup saja kehilanganmu, namun ternyata keputusanku untuk dipilih menantu baikmu ini pun mampu membuatku berduka sepanjang hari.
Jika saja engkau masih dibumi ini, pasti engkau akan habis-habisam memaki ku. Sudah bisa dipastikan, sebab engkau melihat betapa heningnya laki-laki menantu terbaikmu itu. Bukan saja engkau yang telah tiada, ibu yang masih disisiku saja tetap menyalahkanku. Lalu ketiga kakakku, mereka pun memandang akulah sipendahulu, biang kemurkaan.
Yah, aku masih mencintainya. Namun, memasuki usia lima tahun pernikahan ini aku merasa lelah. Bersedih mengenang keburukan saudara tunggalnya yang tak memiliki sopan santun tegur sapa, namun tetap menjadi kecintaan orang tuannya. Aku sudah tak ikhlas lagi yah.
Yah, bolehkah aku berpisah.
Kembali kepelukan ibu saja. Dia sudah tua berangsur merenta. Tak ada yang menjaganya, biarlah aku saja yang menemaninya berkebun dan merawat hewan ternaknya. Dan aku yakinkan bahwa aku mampu sendirian, Yah...
Langganan:
Postingan (Atom)